Legenda Antar Jong

No comment yet
Pendahuluan
Jong adalah reflika atau miniatur sebuah perahu layar yang dipergunakan pada umumnya sebagai mainan / lomba perahu layar kecil oleh anak-anak yang tinggal di pesisiran, baik pesisir pantai, danau maupun sungai.
Selain Jong sebagai alat permainan air tetapi Jong pula kadang dipergunakan oleh orang / masyarakat yang masih mempunyai kepercayaan animisme untuk mengantar sesajen di atas air dengan tujuan agar makhluk yang hidup di dalam air atau di atas :
- Tidak mengganggu kegiatan usaha / kerja bagi orang yang menggunakan air (laut / sungai / danau) sebagai tempat bekerja / usahanya seperti nelayan lalu lintas / transportasi, bahkan minum dan kegiatan lainnya.
- Agar laut, sungai, danau, dan lain sejenisnya malahan menjadi tempat yang teduh, aman, dan menjadi sumber rezeki dan kesejateraan.
- Dan masih banyak hal-hal lain yang menjadi asalan mengapa Jong digunakan sebagai sarana untuk menyampaikan sesuatu, khususnya yang berhubungan dengan air.

      Adapun yang akan dikisahkan dalam tulisan berikut ini adalah tentang tema Legenda Antar Jong.

Legenda Antar Jong
      Legenda Antar Jong berawal dari sebuah kisah di wilayah kerajaan bagian utara Kabupaten Sambas, yaitu Kerajaan Kesultanan Sambas yang terkenal dengan kemakmuran, kemajuan, dan kedamaian rakyatnya. Raja / Sultan memerintah dengan adil dan bijaksana, namun ternyata dari kekayaan alam, kemakmuran dan kedamaian rakyatnya, sedikit demi sedikit mulai terganggu oleh adanya keinginan atau nafsu serakah dari orang-orang yang jahil. Rakyat mulai hidup tidak tenang karena milik rakyat dan kerajaan baik yang bergerak, misalnya perjalanan / perdagangan laut terganggu oleh orang yang senang merampas hak milik rakyat / kerajaan dengan cara dicuri maupun dirampok.
Dan sejak itu rakyat mulai melakukan perlawanan, namun kadang kala perlawanan dari rakyat itu tidak serta merta membuat takut para rampok atau bajak laut.  Atas dasar ketidakmampuan rakyat dalam menghadapi persoalan itu, maka rakyatpun mengadukannya ke Sultan dengan tujuan agar musuh / rampok dan bajak laut itu dapat ditumpas.
Mendapat laporan rakyat tersebut, Sultan yang maha bijaksana menerima laporan tersebut dan berjanji akan menumpas penjahat (rampok). Sultan bersama pembesar kerajaan lainnya mulai mengatur strategi bagaimana cara menghadapi mengalahkan para rompak atau lanun. Sultan memperingatkan rakyat dan para panglimanya khususnya di darat untuk mrmbuat benteng pertahanan di bukit-bukit kiri kanan jalan yang akan dilalui oleh para rampok yang kebetulan melewati jalan darat.
Sultan memerintahkan agar rakyat dan panglima menebang kayu besar yang dipotong gelondongan disusun membujur jalan yang akan dilewati oleh para rampok dan lanun yang disusun berjejer dari pertengahan bukit sampai dengan di atas bukit. Balok kayu gelondongan tersebut dijadikan sebagai senjata untuk menyerang para rampok dengan cara mendorong kayu-kayu balok yang besar tersebut ke bawah bukit menuju jalan yang kebetulan dilewati oleh para rampok. Sementara bagian pantai, rakyat dan panglima diperintahkan siap siaga dengan persenjataan lengkap siap pula menghadang serangan para rampok dari arah laut.
Menurut informasi yang disampaikan oleh rakyat / mata-mata kerajaan, bahwa yang menjadi pimpinan dari rampok tersebut kebetulan dua bersaudara yang memang mempunyai kesaktian yang luar biasa. Dan tibalah  pada saat yang diketahui / direncanakan kedatangan rampok tersebut, Sultan, para pembesar dan panglima serta rakyat bersiap-siap menunggu kedatangan para rampok yang cukup terkenal dan ganas.

Terjadinya Pertempuran
Sultan dan seluruh pasukannya sudah siap pada posisinya untuk menghadang, melawan, bahkan memenangkan pertempuran. Saat yang ditunggu itupun tiba, Sultan memerintahkan kepada panglima dan beberapa anak buahnya melakukan pancingan hadangan kepada para rampok dari jarak yang aman dari jatuhnya balok kayu besar yang disiapkan sebagai senjata.
     Melihat adanya sikap penghadangan dari pihak rakyat kesultanan, dengan tidak menaruh sedikit curiga pun para panglima dan anak buah rampok melakukan serangan dengan penuh semangat. Namun strategi mundur yang dilakukan oleh pasukan dan rakyat kesultanan justru menjadi bumerang bagi para rampok. Bahkan diluar dugaan mereka pada saat yang tepat tentara dan rakyat kesultanan mulai menjatuhkan kayu balok besar ke baris bukit tepat pada jalan yang dijadikan lintasan oleh para rampok / lanun.
      Satu demi satu balok besar menggeinding dari dua arah bukit menuju para rampok dan akhirnya balok besar tersebut mulai menimpa para rampok yang sudah barang tentu tidak mempunyai tingkat ilmu kesaktian yang tinggi dan banyak diantara mereka yang mati tertimpa balok kayu besar dan yang lain lari terbirit-birit, kacau-kacau ketakutan.
Tanpa melakukan perlawanan yang melelahkan, Sultan dan panglima dapat menguasai situasi panglima rampok yang gagah dan sakti dapat ditangkap hidup-hidup. Kebetulan panglima yang berasal dari 2 beradik tersebut adalah abang / kakak kandung dari panglima rampok tersebut.
Sementara serangan yang dipimpin oleh adik kandung dari panglima rampok di darat itu dapat dipatahkan oleh perlawanan rakyat Sultan hingga akhirnya kedua panglima rampok bersaudara tersebut dipertemukan di hadapan Sultan. Pertemuan keduanya menimbulkan pertengkaran sesamanya dan bahkan terjadinya perkelahian diantara mereka berdua, disebabkan sang adik betul-betul marah atau murka terhadap kakaknya atas kekelahan dalam pertempuran.

Penegakan Hukum Sultan
Melihat kondisi tersebut, Sultan pun mengambil sikap dengan mengatakan bahwa, “kalian berdua akan dihukum atas kesalahan yang dilakukan terhadap rakyat Sultan yaitu dengan melakukan perampokan terhadap hak milik rakyat. Nah, barang siapa diantara kalian berdua yang memenangkan pertarungan akan dihukum dan diasingkan ke tempat jauh dipegunungan. Dan bagi yang kalah dalam pertarungan ini maka Sultan asingkan ke nun jauh di pusat laut.”
Pada akhirnya adu ketangkasan tersebut dimenangkan oleh adiknya, maka titah Sultan sang adik dari kepala rampok tersebut diasingkan nun jauh ke pegunungan diantar para panglima dan rakyat Sultan. Sementara sang kakak / abang kepala rampok tersebut dibawa / diantar oleh panglima dan rakyat Sultan sampai ke tengah lautan.
      Konon kisahnya, sebelum kedua adik-beradik saling berpisahan untuk selamanya, sang abang yang akan dihukum ke pusar laut berpesan kepada sang adik, “nanti setiap tahun diharapkan kepada adik untuk senantiasa mengirim kabar kepadaku di pusar laut pada saat orang-orang di bumi / di darat akan mulai menyemai padi. Apabila kiriman tersebut sampai kepadaku itu tandanya adik masih hidup.” Setelah ucapan yang bersifat amanah itu, maka keduanya berpisah untuk melaksanakan perintah hukuman dari Sultan.

Antar Jong
Setelah peristiwa itu, sang adik setiap tahun senantiasa mengirimkan kabar kepada abangnya dikala musim semai padi dimulai, oleh rakyat Sultan dengan mengirimkan Jong (miniatur perahu kayu kecil) yang diisi didalamnya dengan biji-bijian padi dan semayan, dan bahkan benda-benda lain, kadang ratteh panganan dan lain-lain (semacam sesajian).
Oleh rakyat khususnya di pesisir pantai Kabupaten Sambas, hal serupa pun dilakukan setiap tahunnya untuk mengenang kisah yang terjadi yakni ketika akan menyemai padi sebagai tanda di mulainya musim tanam padi.


Hikmah / manfaat dilakukannya Acara Antar Jong antara lain :
1. Mengenang bahwa sejak tempo dulu kerajaan Sambas di bawahi kesultanan telah menjadi negeri yang subur, kaya dan makmur.
2. Raja / Sultan memerintah dengan adil bijaksana melindungi rakyat.
3. Rakyat mematuhi / mendaulat perintah Sultan, berbakti demi kedamaian dan kemakmuran bersama.
4. Sultan menegakkan aturan / hukum yang adil walaupun dengan musuh rakyat yang membangkan / melawan Sultan.
5. Walaupun kedua adik beradik telah dipisahkan oleh alam dan hukuman, namun keduanya tetap saling bersaudara ibarat air yang dicincang tak kan putus.

Hikmah Antar Jong bagi rakyat / masyarakat Sultan bahkan sampai sekarang :
1. Adanya kekompakan bersama dalam menanam padi dengan ditandai Antar Jong ketika dimulai semai padi, tujuannya adalah untuk menghindarkan serangan hama yang parah dan musim panen bersamaan.
2. Pelestarian budaya yakni dapat dijadikan hiburan bagi rakyat dan adanya pertemuan silaturahmi oleh rakyat dan pemerintah.

      Demikianlah Legenda Antar Jong yang dapat diungkap oleh penulis dengan harapan ada kritik saran yang baik untuk penyempurnaan dari berbagai sumber, demi lestarinya khazanah seni budaya yang ada di Kabupaten Sambas.


Penulis : Abdul Hadi, S.Pd.SD (my father)



Comments
0 Comments

Posting Komentar

HOME

Copyright © 2013-2020 Ary Art Design